Tegalsambi... adalah sebuah nama Desa di kawasan
Kota Jepara. yang letaknya + 4 km dari arah selatan Kota Jepara. Jepara
adalah sebuah kota kabupaten yg terletak di kawasan pantai utara Jawa
Tengah. memiliki 16 kecamatan dan 194 desa.
Ngomongin Tegalsambi, ada tradisi yg berkaitan dengan sedekah bumi / selametan desa, sebuah tradisi cukup unik dan hanya terjadi di Tegalsambi, namanya Perang obor-obor. untuk tahun ini, Perang obor-obor akan dilaksanakan pada tanggal 28 Mei 2012 (begitu info yg gue dapat). Perang obor-obor merupakan upacara selametan yg dilakukan warga desa Tegalsambi. upacara selametan atas keberhasilan panen warga desa ini sangat berbeda dengan daerah lain. Perang obor-obor ini merupakan atraksi perang menggunakan pelepah daun kelapa kering yg dibakar dan dihantamkan kepada peserta lainnya. sudah turun temurun Perang obor-obor ini dilakukan tiap tahunnya. karena selain merupakan tradisi budaya daerah sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan anugerah panen kepada masyarakat setempat, juga sebuah budaya yg harus dilestarikan. selain itu Perang obor-obor ini juga sangat menarik untuk dinikmati, sehingga hal ini berpotensi untuk dikembangkan dan dikemas menjadi wisata budaya yg sangat menarik. kabarnya, Perang obor-obor ini akan dibuatkan logo dan akan didaftarkan ke UNESCO sebagai salah satu warisan budaya yg musti dilestarikan.
Tegalsambi.. di Desa inilah gue "nyantri" sekarang, yang sebelumnya
cuma nyantren di sekitar kota Magelang aja. gak kebayang dulu waktu
jaman kecil suka nyanyi lagu Ibu Kita Kartini, eh sekarang gue tinggal
di Jepara. yg khas dari kota Jepara adalah seni ukir dan permebelan. gue
sempat sekolah ukir pada salah satu tukang ukir di Tegalsambi (meskipun
cuma 1 bulan). karena keterbatasan biaya akhirnya vakum dari dunia seni
ukir. sayangnya, alat ukir yg gue beli di toko yg dipilihin oleh
seniman ukir patung ternama itu gue kasihin sama temen gue, karena waktu
itu gue gak bisa bayar hutang. hutangnya sih 100 rb, padahal belinya
hampir 200 rb. sebenarnya bukan masalah harga yg gue sesalin, tapi alat
ukir yg belinya dipilihin sama seniman ukir patung favorit gue.
Sempat mempelajari permebelan juga (meskipun cuma 2 bulanan). gue pikir
agak mudah bikin kursi, meja, almari, ketimbang seni ukir. ternyata gak
semudah masukin benang kedalam jarum (pas waktu muda, kalo udah tua
kayaknya agak susah sih..). butuh ketekunan, ketelitian, juga kerja
keras. bukan karena indikasi duit menipis yg akhirnya gue vakum juga
(sama kayak pas gue sekolah ukir) dari dunia permebelan. tapi pasah /
alat permebelan gue digondol maling. gak hanya pasah / alat permebelan
gue yg dicuri, hampir 1 Desa secara serentak kemalingan semua. malah yg
lebih ngenes itu rumah dibelakang Masjid. bukan alat permebelan yg dicuri, tapi mobilnya yg dicuri. bisa jadi mobil itu dipake buat ngangkutin alat permebelan hasil curiannya yg jumlahnya ditaksir puluan alat tersebut.Ngomongin Tegalsambi, ada tradisi yg berkaitan dengan sedekah bumi / selametan desa, sebuah tradisi cukup unik dan hanya terjadi di Tegalsambi, namanya Perang obor-obor. untuk tahun ini, Perang obor-obor akan dilaksanakan pada tanggal 28 Mei 2012 (begitu info yg gue dapat). Perang obor-obor merupakan upacara selametan yg dilakukan warga desa Tegalsambi. upacara selametan atas keberhasilan panen warga desa ini sangat berbeda dengan daerah lain. Perang obor-obor ini merupakan atraksi perang menggunakan pelepah daun kelapa kering yg dibakar dan dihantamkan kepada peserta lainnya. sudah turun temurun Perang obor-obor ini dilakukan tiap tahunnya. karena selain merupakan tradisi budaya daerah sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan anugerah panen kepada masyarakat setempat, juga sebuah budaya yg harus dilestarikan. selain itu Perang obor-obor ini juga sangat menarik untuk dinikmati, sehingga hal ini berpotensi untuk dikembangkan dan dikemas menjadi wisata budaya yg sangat menarik. kabarnya, Perang obor-obor ini akan dibuatkan logo dan akan didaftarkan ke UNESCO sebagai salah satu warisan budaya yg musti dilestarikan.